Misteri Lemari Besi Kerajaan Siak

Terkadang, banyak sekali alasan yang bisa dimunculkan untuk menduga-duga ke Janggalan yang pemah dilakukan seseorang, terlebih jika yang melakukannya bukan orang sembarangan, seperti Raja dari Kesultanan Siak Sri Indrapura, Sultan Syarief Kasim II. Raja ini adalah keturunan terakhir dari kesultanan melayu Siak yang jaya pada abad 18-19. Dua Istri dan dua selir tak membuat sultan bisa memiliki keturunan yang dapat meneruskan tahta kesultanan Siak. Konon, karena masalah tidak adanya keturunan ini pula menyebabkan sang raja memutuskan untuk membuang sebuah kunci penuh misteri di kedalaman sungai Siak, yang merupakan sungai terdalam di Indonesia. 

Kunci ini bukan sembarang kunci, karena kunci inilah satu-satunya yang bisa membuka sebuah lemari baja rahasia yang ada di Istana Siak Sri Indrapuri. Lemari, yang mirip brankas, berwarna hitam dengan tinggi 160 cm dan lebar 90 cm itu, masih duduk membisu di bawah tangga menuju ke lantai dua istana. Beberapa lubang bekas dibor menghiasi sejumlah permukaan besi. Tak hanya dibor, namun brankas buatan Jerman yang diperkirakan memiliki tebal 30 cm itu, bahkan sudah pernah diupayakan dibuka paksa, didoakan hingga dilakukan dengan cara-cara mistis. Konon, pernah diterbangkan ke negara pembuatnya untuk dibuka, namun tetap saja nihil. Saking putus asanya, pemerintah membuat sayembara berhadiah bagi siapa saja yang berhasil membukanya. Sayembara itu masih terbuka hingga hari ini. 

Misteri yang menyelimuti brankas tersebut rupanya sebanding pula dengan misteri lain, terkait apa yang disimpan oleh sang raja di dalamnya, sehingga ia memutuskan untuk membuang satu-satunya kunci pembuka sehingga rahasia di dalam brankas seolah-olah juga terpendam jauh di kedalaman sungai Siak. Hingga wafatnya sang raja pada tahun 1968, ia pun tak mewasiatkan apa-apa atau sekadar memberikan petunjuk mengenai isi brankas misterius yang ada di istananya. Berbagai hipotesis pun merebak sebagai konsekuensinya. 

Sejarah Kesultanan Siak yang sangat jaya sebagai kerajaan bahari terkuat di pesisir timur, hingga memiliki wilayah kekuasaan yang membentang dari Riau, Langkat, Deli, Serdang, Selangor, dan Kalimantan membuat banyak orang menduga ada harta tak ternilai yang tersimpan di dalam brankas. Wajar saja jika banyak yang menduga ada simpanan harta di dalam brankas mengingat Kesultanan Siak pernah begitu sejahtera karena menguasai jalur perdagangan Selat Malaka dan Kalimantan yang paling ramai. Dengan bantuan VOC, Siak bahkan pernah menundukkan Selangor, Malaysia dan kerajaan Penyengat. Namun ironisnya, belakangan Belanda justru berbalik bertentangan dengan Siak, dengan memulihkan kekuasaan kerajaan Penyengat dan menguasai Deli, Serdang, dan Langkat yang sebelumnya berada dalam kekuasaan kesultanan Siak. 

Selain dugaan adanya catatan mengenai harta di dalam brankas, ada pula yang menduga bahwa di dalamnya tersimpan dokumen-dokumen rahasia terkait dengan perjanjian-perjanjian rahasia Siak dengan kerajaan-kerajaan lain yang sempat takluk. Selain berkas kerajaan, muncul pula hipotesis bahwa ada arsip perjanjian rahasia antara Sultan Syarief Kasim II dengan Caltex (kini Chevron) terkait perjanjian eksplorasi minyak di sana. Memang sejak ditemukan deposit minyak bumi dalam jumlah besar di Siak oleh Jepang pada tahun 1944, wilayah ini menjadi sangat dikenal di dunia intemasional sebagai penghasil minyak bumi dengan kualiltas terbaik dari ladang minyak Minas, Siak yang dikelola oleh Caltex (AS) berpuluh-puluh tahun lamanya. 

Penyerahan kedaulatan Siak kepada Presiden Soekarno, yang bertepatan dengan proklamasi kemerdekaan juga menyisakan pertanyaan misterius. Sultan segera mengibarkan merah putih di depan istana dan berangkat ke Jawa menemui lr. Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan, disimbolkan dengan pemberian mahkota emas kerajaan berikut uang sebesar 10 ribu gulden. Ada yang menduga, jawaban mengapa penyerahan kekuasaan ini dilakukan sedemikian cepat ada di dalam berkas-berkas rahasia yang masih membisu di dalam brankas. Sultan sendiri sejak 1945 hingga 1950 diangkat menjadi penasehat Presiden Soekarno dan bermukim di Jakarta. la baru kembali ke Siak pada tahun 1960 dan wafat di Rumbai, Pekanbaru pada tahun 1968. Apakah ada deal politik di balik penyerahan kekuasaan Siak kepada pangkuan republik, semuanya masih menjadi misteri. Toh, Sultan Syarief Kasim II pada akhirnya diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1997.

BACA JUGA : Liberalisasi IAIN, Berkembangnya Pemikiran Liar

Post a Comment

أحدث أقدم