Menjajal Peruntungan Bisnis Sepeda Fixie

Pertumbuhan minat bersepeda masyarakat membuka pe-luang usaha bagi para pihak dengan kreativitas tinggi. Salah satu jenis sepeda yang tren saat ini adalah fixie, sepeda dengan bujet, warna, dan ukuran yang menyesuaikan selera konsumen. 

Mencoba keberuntungan di industri sepeda, Jessy Cos Siswanto mendirikan DP Cycles pada tahun lalu. Dia mengatakan prospek berbisnis sepeda fixie di Indonesia saat ini cukup bagus. Ini karena tren fixie yang menanjak juga karena kesadaran masyarakat untuk melakukan gaya hidup sebat dengan bersepeda.

 "Pola masyarakat yang cenderung mengikuti tren menjadikan bisnis ini berkembang dengan baik," ujar Jessy ketika ditemui di lnacycle beberapa waktu lalu. Jessy membuka usaha ini setahun lalu dengan modal Rp200 juta yang bermarkas di Meruya Selatan, Jakarta Barat. Awalnya dia hanya sebagai distributor sepeda fixie asal Taiwan. 

Namun, seiring dengan perkembangan usahanya, Jessy mena-namkan merek pada sepeda fixie-nya meskipun proses produksi masih di Taiwan. 

Dalam memenuhi pesanan, Jessy menerapkan sistem order sehingga agen wajib menuliskan pesanan yang akan diminta. Ke-mudian, Jessy dan timnya akan me-ngirimkan barang sesuai dengan pesanan tersebut pada masing-masing agen. 

Dalam sebulan dia mampu menyebarkan 1000 unit sepeda ke seluruh daerah, mulai dari Jawa hingga Sumatra dan Sulawesi. Harga sepeda yang dipatok oleh DP Cycles berkisar Rp4,5 juta sampai Rp7 juta per unit lengkapnya. 

Namun, adapula konsumen yang menginginkan pembelian secara terpisah karena selera. Kalau sudah seperti ini biasanya Jessy menyediakan frame yang harganya berkisar Rp5 juta sampai Rp25 juta. 

Lain lagi dengan PT Perdana Bagaskara Utama milik Zulfi Agustian yang ada di Kawasan Bisnis SCBD Jakarta. Dia baru memulai usaha ini sejak dua bulan yang lalu. Modal awal yang dikeluarkan sekitar Rp200 juta sebagai distributor sepeda. Modal ini digunakan untuk menyewa ruko dan penyediaan barang. Dalam sebulan dia mengaku mampu menjual 10 unit sepeda dengan rata-rata nilai penjualan sekitar Rp60 juta. Dari hasil ini biaya, untuk upah karyawan dan listrik, mencapai Rp6 juta. Sehingga secara perhitungan kasar, modal bisa kembali dalam semester pertama usaha itu dibuka. 

Toko sekaligus bengkel 

Usahawan lainnya adalah Kevin Komala, dia mengaku mulai melirik peluang usaha tersebut sejak 2010. Dengan modal awal sebesar Rp300 juta, Kevin membuka toko sekaligus bengkel sepeda fixie dengan nama Mecca Kustoms di jalan Wijaya IX Jakarta Selatan. 

Modal awal tersebut sudah termasuk sewa tempat serta membeli spare part sepeda. "Demam sepeda fixie yang mewabah belakangan tentunya memberikan pundi-pundi keuntungan bagi saya, apalagi segmen-tasi pasarnya yang luas mulai dari anak-anak hingga dewasa." tuturnya. Kevin, begitu dia disapa, mengatakan usaha toko sepeda fixie yang dirintisnya tersebut menawarkan konsep berbeda dengan yang lainnya. 

Toko ini tidak menjual sepeda secara full bike, melainkan disesuaikan dengan keinginan dari konsumen, mulai dari warna, jenis frame, pedal, hingga ukuran tubuh si pengendara. 

"Konsep kami memang customize jadi benar-benar melayani keinginan konsunen." 

Weissa Adhiprasetya selaku store manager serta perakit sepeda fixie dari Mecca Kustoms ini mengaku kebanyakan sepeda yang ada di tempatnya adalah sepeda balap vintage. Dalam merakit sepeda fixie pesanan para konsumennya, tidak hanya kualitas yang harus diperhatikan tetapi juga kreativitas.

Bagaimana desain, warna, dan gaya yang diinginkan oleh penggunanya semua akan dituangkan pada desain sepeda yang diinginkannya. Meskipun baru setahun berdiri Mecca Kustoms sudah cukup dikenal masyarakat luas. Untuk omzet per bulannya, Weissa mengaku mampu meraup hingga Rp40 juta—Rp50 juta. "Ini sudah termasuk keseluruhan omzet penjualan sepeda fixie, penjualan spare partnya serta biaya bengkel sepeda fixie" katanya. 

Dari omzet yang didapatkan tersebut, dia mengaku mampu mengantongi untung hingga 6o% dari tiap sepeda rakitan yang dijualnya. Untuk harga sepeda fixie pun beragam, mulai dari Rp4 juta bingga Rp8 juta bergantung pada merek sepeda dan tingkat kesulitan dalam memodifikasi sepeda. (Mardiyah Nugrahani & Rachmad Subiyanto).


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama